Pemuda Adalah Harapan Bangsa Bukan Harapan Bantal

  • Dipublikasikan oleh Admin Blog
  • 18 Feb 2021
  • 0 kali dibaca

Oleh: Ismail Harundja

Dalam suatu bangsa dibutuhkan peran pemuda di dalamnya, sebab pemuda adalah harapan bangsa bukan harapan bantal. Peran pemuda sangat dibutuhkan karna pemuda adalah ujung tombak suatu bangsa. Hal tersebut diamini oleh The Founding Fathers kita yaitu Ir. Soekarno, dalam suatu pidatonya yang terkenal presiden pertama yang biasa di sapa Bung Karno tersebut menyampaikan “Berikan aku 1000 orang tua maka akan aku cabut gunung Semeru dari akarnya, dan berikan aku 10 pemuda maka aku akan goncangkan dunia”.

Melalui pidato Bung Karno yang melegenda tersebut, dapat kita ketahui bersama bahwa peran pemuda sangat dibutuhkan demi kemajuan suatu bangsa. Sebuah bangsa akan maju jika pemudanya juga berusaha untuk memajukan bangsa tersebut. Jadi apa peran pemuda saat ini?

Dapat kita ketahui bersama, banyak pemuda yang sudah merubah kondisi sosial di negeri ini. Dengan segala perjuangan dan semanngat para pemuda, banyak yang telah terjadi dan sudah di catat sejarah. Dalam pergerakan pemuda, sejarah mencatat pergerakan pemuda di negeri ini jauh sebelum Indonesia merdeka dan masih bernama Nusantara tepat pada tahun 1336 Masehi, seorang pemuda bernama Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa dengan tujuan untuk mempersatukan pulau-pulau yang berada di Nusantara.

Selanjutnya ribuan tahun kemudian di saat Indonesia di jajah oleh kolonial Belanda, seluruh pemuda dari berbagai suku dan ras dari penjuru Nusantara bersatu dan mengikrarkan Sumpah Pemuda di tahun 1928 dan saat ini kita mengenalnya dengan hari Sumpah Pemuda yang tiap tahun kita peringati tepat di tanggal 28 Oktober.

Beranjak dari hal itu, puluhan tahun kemudian lagi dan lagi pemuda berulah kembali, tepat pada satu hari sebelum kemerdekaan yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945, kaum muda yang dipimpin Wikana menculik Bung Karno dan Bung Hatta untuk mendesak kaum tua untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa tersebut yang saat ini kita kenal dengan peristiwa Rengas Dengklok, dan dari peristiwa tersebut Indonesia resmi merdeka tepat pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kemudian beberapa tahun kemudian, kali ini pergerakan pemuda tidak ada henti-hentinya untuk kebaikan bangsa ini, kali ini golongan pemuda yang bernama “Mahasiswa” turun ke jalan menuntut presiden Soekarno untuk turun dari jabatan Presiden di tahun 1966, dan peristiwa tersebut yang kita kenal dengan aksi mahasiswa 1966. Di balik aksi 1966 ada seorang pemuda yan berintelektual di dalamnya, kita mengenal dia dengan nama Soe Hok Gie. Gie sapaannya merupakan legenda mahasiswa dengan ribuan kritiknya melalui tulisan dan gerakannya.

Beranjak puluhan tahun kemudian, sekelompok pemuda yang bernama mahasiswa itu melakukan aksi kembali, aksi yang berhasil meruntuhkan era orde baru tersebut merupakan aksi mahasiswa terbesar yang tercatat dalam sejarah pada tahun 1998. Melalui aksi ini, mahasiswa berhasil melengserkan presiden Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun.

Dan di tahun 2019 dan 2020, lagi dan lagi mahasiswa turun kejalan pertanda negeri ini tidak baik-baik saja. Aksi yang bernama Reformasi Dikorupsi di tahun 2019 dan aksi Mosi Tidak Percaya di tahun 2020 yang baru-baru ini bergejolak untuk menolak UU Cipta Kerja atau Omnibus Law, merupakan pergerakan pemuda yang tercatat dalam sejarah kali ini.

Melalui catatan sejarah pergerakan pemuda di atas, tinggal kita hanya bisa memilih menjadi pemuda yang bodoh amat atau pemuda yang peduli. Penulis ingin mengutip satu kutipan dari salah seorang aktivis 1966 yaitu Soe Hok Gie, ia mengatakan “Hanya ada dua pilihan menjadi apatis atau mengikuti arus, tetapi aku memilih menjadi manusia merdeka”. Jadilah pemuda yang merdeka, merdeka sejak dalam pikiran, merdeka berpendapat, dan merdeka dalam bertindak.

 

Tag

Artikel Terkait